Eks Wawako Medan Diskusi Bersama FORMABEM, SPTN dan Koperasi JPAK Pelabuhan Belawan
Belawan - Pengurus Forum Masyarakat Belawan Membangun (FORMABEM), Pengurus Serikat Pekerja Transportasi Nusantara (PUK-FSPTN Medan) dan Pengurus Koperasi Jasa Pengemudi Angkutan Khusus (JPAK) Pelabuhan Belawan Centris, juga beberapa awak media online yang bergiat di seputaran Kecamatan Belawan menyambangi kediaman rumah Mantan Wawako Medan H. Aulia Rachman SE, M.AP
![]() |
Di Kediaman Eks Wawako H. Aulia Rachman SE, M.AP Komplek Deli Raya Link.I Jl. Deposito |
Dalam hal ini mereka berdiskusi dan meminta pendapat serta ide dan arahan sebagai sosok yang pernah menduduki posisi orang nomor dua di Pemko Medan, yang pasti nya mengetahui regulasi dan anggaran serta letak kendala administrasi untuk perhatian dan peningkatan kesejahteraan nasib para pengemudi/sopir truck yang ada di kota Medan terutama di Pelabuhan Belawan.
Gaji atau Upah Mayoritas Pengemudi/Sopir Truck di Indonesia Sangat Rendah, Termasuk Yang Bekerja di Dalam Kendali BUMN nya, begitu juga yang di alami para pengemudi truck di kota Medan dan Pelabuhan Belawan, termasuk jaminan asuransi keselamatan yang harus mereka tanggung sendiri iuran nya
Medan yang termasuk kota besar nomor tiga di Indonesia dan Pelabuhan Belawan yang menjadi salah satu pintu gerbang perekonomian Sumatera Utara, namun kehidupan para pejuang rupiah ini sangat lah miris.
Gaji sopir truck di Indonesia relatif rendah karena banyak faktor, termasuk tingginya jumlah persaingan di industri transportasi, tidak ada nya standar upah yang yang di tetap kan oleh Pemerintah bagi mereka yang tergolong tenaga kerja skill ini, serta sistem pembayaran yang bervariasi seperti sistem setoran atau bagi hasil atau status PKWT/Outsourching berkesinambungan yang membuat penghasilan sulit diprediksi, sekalipun bekerja di lingkungan BUMN.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Gaji Sopir Rendah:
- Tingginya Persaingan: Terlalu banyak sopir dan perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan pekerjaan, menyebabkan persaingan yang "destruktif" dan menekan profitabilitas serta gaji.
- Tidak Ada nya Standar Upah: Sulit untuk menyamakan standar gaji dan jam kerja sopir karena setiap sopir dan perusahaan memiliki patokan yang berbeda-beda.
- Sistem Pembayaran Bervariasi: Beberapa sopir bekerja dengan sistem setoran, sedangkan lainnya menggunakan sistem borongan atau pembagian hasil, yang membuat pendapatan tidak menentu dan tergantung pada kesepakatan dengan pemberi kerja, walau pun tingkat resiko pekerjaan yang di jalani sangat besar.
- Produktivitas dan Biaya Operasional: Produktivitas pekerja dan upah yang lebih rendah di beberapa wilayah mempengaruhi rendahnya gaji sopir truck.
- Anggapan "Sopir Itu Banyak": Banyak perusahaan menganggap sopir itu mudah diganti dan lemah nya pengawasan dinas terkait dari Pemerintah maupun Aparat Penegak Hukum, sehingga mereka (pengusaha/manajemen) cenderung merekrut sopir baru daripada memberikan kenaikan gaji/upah kepada sopir truck yang sudah berpengalaman.
Dampak dari Kondisi Tersebut:
Kesulitan Meningkatkan Penghasilan: Ketergantungan pada sistem setoran atau borongan membuat sulit bagi sopir truck untuk memastikan penghasilan yang stabil dan memadai.
Potensi Terjadinya Pelanggaran Keselamatan: Meskipun tidak disebutkan secara langsung, kondisi di mana sopir truck dituntut untuk mengirimkan barang dalam waktu singkat atau mengerjakan tugas maksimal akan tetapi dengan kelengkapan kenderaan kurang di perhatikan, tapi target dan keuntungan si pengusaha/manajemen harus tetap tercapai, namun mengabaikan hak dan kesejahteraan, justru dapat meningkatkan terjadi nya resiko pelanggaran standar keselamatan dan tingkat kesejahteraan.
Ini sering bahkan banyak dialami para pengemudi/sopir truck atau ada juga yang di sebut sebagai Operator Head Truck/Awak Mobil 1 dan 2 dalam lingkungan BUMN.
0 Komentar